JAKARTA - Indonesia sedang dilanda kekhawatiran kelangkaan pangan akibat cuaca ekstrem. Hujan lebat dengan intensitas besar, angin kencang, dan ombak tinggi menjadi tanda-tanda cuaca ekstrem tersebut. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, cuaca ekstrem akan mereda seiring dengan masuknya musim kemarau pada Juli mendatang.
Dalam diskusi bulanan antara Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH) dan Society of Indonesian Enviromental Jurnalist (SIEJ) di Jakarta kemarin (11/2), Kepala BMKG Sri Woro B Harijono menjelaskan, tanda-tanda musim kemarau itu muncul di 61 zona pemetaan daerah di Indonesia. BMKG selama ini menetapkan ada 220 zona pemetaan. BMKG juga mencatat, cuaca ekstrem itu muncul sejak penghujung 2010 lalu.
Sri Woro menerangkan, 61 zona tersebut mulai mengalami penurunan tanda-tanda cuaca ekstrem mulai Maret depan. Dia menyebutkan, di antara 61 zona tersebut yang paling awal mengalami penurunan intensitas cuaca ekstrem di antaranya sebagian kecil NTT dan NTB.
Pengurangan tanda-tanda cuaca ekstrem pada April akan muncul di Karawang bagian barat laut (Jabar), pantai utara Karawang, Yogyakarta, sebagian kecil Jatim, dan sebagian besar Bali, NTB dan NTT.
Selanjutnya, prospek awal kemarau pada tiga bulan berikutnya yaitu pada Mei, Juni, dan Juli muncul di Pulau Sumatera, Banten, Jabar, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, Kalimantan, dan Sulawesi, serta Maluku.
"Pengurangan intensitas cuaca ekstrem itu menandai masuknya musim kemarau. Sebagian besar mulai terjadi pada Juli," jelas Sri Woro.
Sementara itu, BMKG memprakirakan curah hujan pada Februari 2011 juga masih sangat tinggi, terutama di sebagian Pulau Jawa. Sebagian Pulau Jawa akan diguyur hujan dengan intensitas menengah, sedangkan Maret 2011 curah hujan sangat tinggi terjadi di sebagian Pulau Kalimantan dan Papua serta Jawa.
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kemen LH Arief Yuwono menyambut baik laporan dari BMKG tersebut. Dia berharap, gelombang gagal panen akibat cuaca ekstrem berkurang. Selama ini, banyak tanaman padi roboh setelah diguyur hujan atau diterjang angin puting beliung.
"Kejadian gagal panen selama ini menimbulkan kelangkaan pangan," jelas dia.
Meskipun begitu, masuknya musim kemarau juga diwaspadai oleh jajaran Kemen LH pasalnya kerap memunculkan kebakaran hutan, terutama di lahan gambut. Salah satu kawasan yang dipantau adalah di Provinsi Riau, misalnya di Kabupaten Bengkalis. Kemen LH sudah memantau kesiapan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan jika kebakaran lahan gambut benar-benar terjadi. (wan/agm/jpnn)
by: 4H3 KPFM............... sumber Kalteng Pos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar