PALANGKA RAYA-Tak ada rotan akar pun jadi. Tak ada ruang gerak, Tugu Soekarno pun jadi. Sepertinya peribahasa tersebut sangat tepat untuk beberapa pecinta breakdance di Kota Palangka Raya ini. Keterbatasan akses fasilitas latihan, membuat komunitas ini mencari tempat alternatif untuk dapat menyalurkan hobinya.
Seperti yang terlihat di Taman Tugu Soekarno Jalan S. parman Kota Palangka Raya, belakangan ini. Tanpa mempedulikan pengunjung taman, mereka dengan santai memperagakan beberapa gaya dan gerakan ekstrim breakdance. Licinnya lantai keramik, cukup menunjang latihan yang diadakan setiap hari ini.
Breakdance merupakan salah satu tarian modern yang sangat digemari oleh para kalangan anak muda. Sama halnya dengan tarian modern lainnya, tarian satu ini juga mendapatkan tempat di hati kaum muda di Kota Palangka Raya. Tarian yang berasal dari Amerika Serikat itu banyak menampilkan kelenturan tubuh dan gerakan-gerakan yang menakjubkan.
Tarian yang lebih populer di kalangan anak jalanan ini, memang sempat jadi tren di kalangan anak muda di Indonesia pada era 1980-an. Namun karena tidak adanya regenerasi sehingga tarian ini sempat menghilang dari publik.
Sekarang di Kota Palangka Raya ada sekelompok anak muda usia sekolahan yang ingin menghidupkan kembali breakdance tersebut. Mereka adalah Soul Break. Satu-satunya komunitas penggemar breakdance (breakers,Red) yang sejak 2006 lalu menekuni hobi tarian modern ini.
“Kini anggota kita sudah ada sekitar 40 orang. Mereka rata-rata masih duduk di sekolah,”ungkap Choky (21), salah satu anggota Soul Break yang dianggap senior.
Langkah Soul Break untuk memperkenalkan kembali breakdance kepada masyarakat kota Cantik ini nampaknya tak semudah seperti yang dibayangkan oleh mereka.
Terkendalanya fasilitas latihan, membuat mereka harus rela berpindah-pindah lokasi untuk mencari kalayakan tempat untuk latihan. Mereka pun tak serta-merta leluasa menyalurkan hobinya di beberapa fasilitas umum yang ada di kota ini. Petugas atau penjaga gedung kerap mengusirnya lantaran dianggap menganggu ketertiban umum.
“Dulu saat kami sering latihan di Gedung Wanita jl. Imam Bonjol, kami pernah diusir sama penjaga gedung karena dianggap sering bikin keributan, padahal kegiatan kami ini khan positif,” cerita Choky sambil tertawa. Berpindah-pindah tempat latihan pun akhirnya menjadi rutinitas kelompok mereka demi menyalurkan kreasi gerakan breakdance.
Satu bukti telah diperoleh kelompok breakdance di kota ini. Bahwa ekspresi dan kreasi semestinya tidak bisa dibatasi. Dimanapun kreasi itu bisa dilakukan. Mereka pun tak mau dianggap sebagai penganggu ketertiban umum atau biang keributan. Komunitas breakdance ini akan sangat berterima kasih kepada pemerintah daerah, apabila disediakan tempat yang layak untuk menyalurkan kreasi-kreasinya.
“Kami hanya mampu berharap, agar tidak dilarang kegiatan kami yang memanfaatkan fasilitas umum ini,” pintanya seraya berharap adanya sebuah event perlombaan tarian modern yang digelar. (hend/tur)
4H3 KPFM Kalteng Pos Sumber............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar