Polisi Blokade Kota Kapolres Akui Kawanan Perampok Profesional dan Terorganisasi
PALANGKA RAYA – Polisi terus memburu pelaku perampokan Bank Kalteng. Kawanan yang beraksi pada Rabu (23/2) itu diduga masih berada di Kota Palangka Raya. Untuk itu, polisi memblokade kota agar pelaku tak punya akses keluar. Dalam memblokade kota, Polres Palangka Raya dibantu Polres Katingan, Polres Pulang Pisau, Polres Barito Selatan, Polsek Bukit Batu, dan Polsek Sebangau.
“Kawanan perampok masih berada di dalam kota,” kata Kapolres Palangka Raya AKBP Andreas Wayan Wisaksono saat memberikan keterangan hasil olah TKP, Kamis (24/2).
Dengan data-data yang ada, Kapolres berkeyakinan pihaknya dapat mengungkap dan menangkap pelaku perampokan secepatnya.
“Di dalam kota kita terus melakukan razia terhadap mobil dan motor yang menjadi target sesuai dengan keterangan dari saksi-saksi di TKP,” jelasnya.
Untuk sementara, kata Kapolres, penyelidikan mereka mengarah kepada satu kelompok gabungan dari Kalimantan Selatan dan Palangka Raya. “Mereka diduga bekerja sama untuk melakukan aksi di sini,” lanjut Kapolres.
Kepolisian juga sudah meminta keterangan dari beberapa saksi baik dari pihak bank maupun dari luar.
“Dari bank ada 6 saksi,” beber Kapolres.
Menurut Kapolres, berdasarkan hasil penyelidikan, perampokan tersebut berkaitan dengan kejadian-kejadian sebelumnya seperti di Jasa Raharja dan Grapari.
“Untuk memastikan apakah terdapat kaitan antara perampokan Bank Kalteng dan Bank Danamon di Sampit beberapa waktu lalu, kita akan berkoordinasi,” jelas Kapolres.
Dikatakan Kapolres, kawanan perampok sangat profesional dan terorganisasi.
“Aksi mereka sangat terorganisasi. Dari membuka pintu, menodong, mengambil uang, keluar dan pergi, hanya perlu waktu 9 detik. Mereka sangat profesional dan telah merencanakannya dengan matang,” papar Kapolres.
“Selain berkoordinasi dengan kepolisian di wilayah Kalteng, kita juga akan berkoordinasi dengan kepolisian di Banjarmasin untuk mengetahui apakah ada kaitannya dengan kelompok-kelompok perampok di Banjarmasin,” kata Kapolres.
PENGAMANAN BANK LEMAH
Berkaitan dengan pengamanan bank-bank yang ada di Kalteng, Kapolres sebenarnya sudah mengimbau pihak bank dan nasabah untuk meminta pengamanan kepada kepolisian.
“Tidak ada biaya. Bank juga sudah kita beri tahu untuk meminta bantuan pengamanan, tetapi mereka sering menganggap remeh masalah keamanan,” sebutnya.
Misalnya, lanjutnya, penentuan jumlah personel yang harus diturunkan di bank seharusnya ditentukan oleh kepolisian dengan melihat kondisi bank. “Yang terjadi selama ini sebaliknya, banklah yang menentukan berapa jumlah personel yang harus ada,” ungkapnya. “Setelah kita pelajari, sistem keamanan di Bank Kalteng sangat lemah. Misalnya di loket pelayanan khusus,” tambah Kapolres.
Ke depannya, polres akan berkoordinasi dengan bank untuk membahas masalah keamanan.
“Kita berencana mengumpulkan pimpinan bank yang ada untuk memberitahukan standar pengamanan di banknya masing-masing,” lanjut Kapolres. (*/fad)
Orang Dalam Terlibat?
PERAMPOKAN di Bank Kalteng membuat Wakil Ketua Komisi C DPRD Kalteng RYM Soebandi angkat bicara. Dia bahkan menduga kejadian tersebut mungkin melibatkan oknum orang dalam.
“Perampokan Bank Kalteng berlangsung sangat cepat, hanya beberapa detik. Hal itu mengindikasikan adanya keterlibatan orang dalam, sengaja atau tidak,” ujar RYM Soebandi, Kamis (24/2).
Soebandi yang juga Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kalteng itu mengatakan, aksi para perampok mengindikasikan bahwa pelaku sudah mengenal dan mengetahui secara pasti letak dan alur penyimpanan uang.
“Keterlibatan orang dalam bisa langsung atau tidak langsung,” tukasnya.
Dikatakan Soebandi, keterlibatan secara langsung artinya ada yang memberikan keterangan kepada para pelaku atau melakukan persekongkolan, sedangkan secara tidak langsung misalnya orang dalam pernah bercerita tentang alur dan letak penyimpanan uang.
“Keterangan itu yang kemudian diingat oleh orang yang akhirnya menjadi pelaku perampokan,” lanjut Soebandi. “Semoga pada 3 Maret mendatang atau satu minggu setelah perampokan, kepolisian sudah mendapat titik terang pelaku perampokan.”
Soebandi juga mengimbuhkan, peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pengungkapan kasus tersebut, terutama dalam melaporkan setiap tindak tanduk atau kegiatan mencurigakan di sekitar lingkungannya.
Ditambahkannya, kepolisian dalam menindaklanjuti kriminalitas di Kalteng selama ini kurang berkoordinasi dengan masyarakat. Hal itu dipengaruhi kesulitan atau keengganan masyarakat untuk memberikan kesaksian atau keterangan pada kepolisian.
“Ke depannya perlu ada peningkatan jalinan koordinasi antara kepolisian dan masyarakat,” tandasnya. (bin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar